Sesulit apa pun situasinya, kita bisa belajar dari seorang tukang kayu.

Setelah melalui berbagai kesulitan, seorang tukang kayu di Denmark akhirnya menemukan cara membagi kebahagiaan dengan anak-anak di seluruh dunia. (gambar: ilustrasi)

Hampir semua mesin, peralatan, stok mainan, juga pola-pola desain yang sudah dikembangkan bertahun-tahun, lenyap dalam sekejap.

Vi bygger op igen,” kata Ole kepada putranya, Godtfred yang kala itu sudah berusia 22 tahun. “Kita bangun lagi.”

Belum berhenti, lepas perang dan kebakaran, kayu menjadi semakin sulit didapat dan mahal. Mau-tak mau, Ole harus mencari alternatif lain.  

Tahun 1947, dia membeli mesin cetak plastik pertama di Denmark. Di masa itu, keputusan Ole dianggap aneh. Banyak yang skeptis.

Plastik masih dianggap bahan murahan, tidak prestisius seperti kayu.

Tapi, Ole punya mata yang mampu memandang lebih jauh. Plastik bisa dibentuk dengan presisi tinggi, tahan lama, dan bisa diproduksi massal dengan biaya lebih efisien.

Tahun 1949, LEGO mengeluarkan produk plastik pertamanya: Automatic Binding Bricks. Balok-balok plastik yang bisa disusun dan dibongkar ulang.

Ini adalah cikal bakal dari LEGO brick yang kita kenal sekarang.

Ole Kirk Kristiansen wafat pada 11 Maret 1958 di usia 66 tahun, hanya beberapa minggu setelah putranya, Godtfred Kirk Christiansen, mendaftarkan patent LEGO brick system (sistem kunci klik antar ‘batu bata’ plastik LEGO).

Ole tidak sempat menyaksikan sendiri, dari tempat yang dulu sepi bernama Billund, LEGO akan berkembang ke seluruh dunia.


Jadi kolumnis di Kitalah.com!
Tulis apa saja, gaya bebas sesukamu. Cerita-cerita keseharian, pemikiran, atau perasaanmu. Baca ketentuannya di sini.

Tinggalkan Balasan

1 Komentar

  1. Benny Fx

    Cara kirim artikel?

Sudah ditampilkan semua
Tutup

Konten Terkunci 🚫

Silakan nonaktifkan AdBlock untuk membaca artikel ini.